Kamis, 06 Januari 2011

HORMON,VITAMIN dan MINERAL

HORMON
ACTH DAN KORTIKOSTEROIDA

1.           ADRENOKORTIKOTROPIN HORMON (ACTH)
Pengaturan sekresi
-   Kecepatan sekresi ACTH diatur oleh mekanisme umpan balik negative hormon korteks adrenal (terutamau kortisol)
-   Kadar kortisol pada keadaan basal mengalami alun (variasi) diurnal:
Pagi hari kadar tertinggi dan malam hari terendah
-   Pengendalian sekresi ACTH diperantarai oleh corticotropin regulatory hormone (CRH) yang diproduksi di median eminens hipotalamus
-   Reaksi Emosi (takut, marah, cemas) juga dapat merangsang sekresi hormon dari korteks adrenal via saraf aferen ke hipotalamus
-   ACTH rangsang sintesis adrenokortikosteroid melalui peningkatan aktivitas adenil siklase à siklik AMP á à stimulasi steroid

Farmakokinetik
-   ACTH tidak efektif p.o karena dirusak oleh enzim proteolitik dalam saluran cerna. Pada pemberian i.m diabsorpsi lebih baik
-   t½ = 15 menit
-   Inaktivasi di jaringan

Sediaan
-   Kortikotropin : injeksi i.m, i.v
-   Kortikotropin repositoria : larutan ACTH murni dalam gelatin, untuk injeksi i.m,dan sk(dosis 40 unit 1x /hari)

Indikasi
Neuritis optika, miastenia gravis dan sclerosis multiple

Efek Samping
Hipersensitivitas, mulai dari yabg ringan sampai syok dan kematian

2.     ADRENOKORTIKOSTEROID
Biosintesis
Asetat korteks adrenal kolesterol enzim kortikosteroid dan androgen
                                                                                    (sumber estradiol)
Pengaturan sekresi
-   Sekresi korteks adrenal dipengaruhi oleh ACTH
-   -ACTH berpengaruh pada zona fasikulata, pada zona glomerulosa hanya sedikit
-   Zona fasikulata mensekresi kortisol & kortikosteron
-   Bila kadar kortisol & kortikosteron meningkat, sekresi ACTH dihambat dan sebaliknya
-   Aldosteron disekresi oleh zona glomerulosa, tidak berpengaruh pada sekresi ACTH
-   Sekresi aldosteron dipengaruhi oleh sistem renin angiostensin dalam darah
-   Kesimpulan : regulasi sekresi kortisol & aldosteron terpisah (pasien udem)

Faal dan Farmakodinamik
-   Kortikosteroid pengaruhi metabolisme karbohidrat, protein dan lemak,mempengaruhi fungsi kardiovaskuler, ginjal, otot lurik, sistem saraf dan organ lain.
-   Berfungsi homeostatik : kemampuan organisme mempertahankan diri terhadap perubahan lingkungan sekitar
-   Potensi kortikosteroid (alamiah, sintetik) ditentukan oleh besarnya efek retensi Na dan penyimpanan glikogen di hepar atau besarnya khasiat  anti inflamasinya (Tabel 1 )




Steroid
Anti inflamasi
 Retensi Na
Penyimp Glikogen
Hepar
Glukokortikoid kerja singkat ad sedang



Hidrokortison
1
1
-
Kortison (alam)
0,8
0,8
0,8
Prednison
4
0,3
-
Prednisolon
5
0,3
4
Metilprednisolon
5
0

Glukokortikoid kerja sedang



Triamsinolon
5
0

Glukokortikoid kerja lama



Betametason
25-40
0
25
Dekametason
30
0
25
Mineralokortikoid



Fluokortison
10
250
-
Deoksikortikosteron asetat (alam)
0
20
0



Penggolongan kortikosteroid
b.      Glukokortikoid
-   Penyimpanan glikogen hepar dan efek anti inflamasinya kuat
-   Pengaruh pada keseimbangan air & elektrolit kecil
-   Zat : deksametason, prednison

c.       Mineralokortikoid
-   Pengaruh pada keseimbangan air & elektrolit besar
-   Penyimpanan glikogen di hepar kecil
-   Zat : desoksikortikosteron, aldosteron
-   Anti inflamasi kecil

Penggolongan kortikosteroid berdasarkan lama kerja
Kerja singkat
Kerja sedang
Kerja lama
( t½ < 12 jam)
(t½ 12-36 jam)
(t½ >48 jam)
Hidrokortison
Prednison
Parametason
Kortison
Prednisolon
Betametason

Metil prednisolon
Deksametason

Triamsinolon


Metabolisme
d.      Karbohidrat dan protein
-   Hewan yang diAdrenalektomi jika dipuasakan maka timbul  hipoglikemia (glikoken hepar <<)
-   Penyakit Addison mengalami gangguan metabolisme karbohidrat
-   Pengatasannya : pemberian glukokortikoid à cadangan glikogen dihepar á, glukosa darah normal, sensitivitas insulin normal, ekskresi Nitrogen meningkat
-   Efek katabolik: mobilisasi Asam Amino dari beberapa jaringan sehingga terjadi atrofi jaringan limfe,pengecilan jaringan otot, osteoforosi tulang,penipisan kulit,keseimbangan  nitrogen negatif
-   Di hepar merangsang sintesis enzim yang berperanan dalam glukoneogenesis dan metabolisme asam amino, mis. glukosa 6-fosfatase
-   Penggunaan jangka lama menyebabkan glukagon á dan  merangsang glukoneogenesis lalu sintesis glukosa á

e.       Metabolisme lemak
-   Penggunaan dosis besar jangka panjang atau pada Cushing syndrome, terjadi gangguan lemak yang khas. Lemak akan terkumpul secara berlebihan pada depot lemak: leher bagian belakang (buffalo hump), moon face, dan sebaliknya lemak ekstremitas menghilang

f.       Keseimbangan air dan elektrolit
-   Mineralokortikoid dapat meningkatkan reabsorpsi ion Na serta ekskresi ion K+ serta H+ di tubulus distal àhiperkortisisme
-   Zat : aldosteron (kuat), desoksikortikosteron (pada penyakit Addison,secara kualitatif = aldosteron), kortisol (efeknya  < daripada aldosteron)

g.      Sistem kardiovaskular
a.       Mempengaruhi secara langsung dan tidak langsung
b.      Tidak langsung : keseimbangan air dan elektrolit misalnya  hipokortisisme terjadi pengurangan volume & peninggian viskositas darah àhipotensi & kolaps kardiovaskular
c.       Langsung : pada kapiler, arteriol, miokard
d.      Defisiensi kortikosteroid dapat menyebabkan permeabilitas dinding kapiler meninggi, jantung mengecil dan curah jantung turun
e.       Pemakaian steroid jangka lama menyebabkan hipertensi krn:
-   retensi Na+ berlebihan yang menimbulkan oedema dinding arteriole akibatnya resistensi pembuluh perifer bertambah
-   pembuluh darah lebih sensitif terhadap zat peningkat TD misalnya angiostensin dan katekolamin
h.      Otot rangka
Pada penyakit addison, penurunan kapasitas kerja otot rangka sehingga cepat lelah dan lemah karena gangguan sirkulasi kortikosteroid maka akan terjadi hipokalemia

i.        SSP
-   perubahan mood, tingkah laku, EEG, psikosis, dan kepekaan otak pada pemakaian kortiko jangka lama
-   Insufisiensi adrenal dapat terjadi penurunan ambang rangsang persepsi rasa, bau dan bunyi

j.        Hematologi
Meningkatkan kadar Hb dan eritrosit akan timbul polisitemia pada Cushing syndrome

k.      Anti inflamasi
-   dapat mencegah atau menekan timbulnya gejala inflamasi akibat radiasi, infeksi, zat kimia, mekanik, alergen
-   Gejala : kemerahan, rasa sakit dan panas, bengkak di tempat radang
-   penggunaan klinik : terapi anti inflamasi bersifat paliatif (penyebab tetap ada, gejala dihambat)
-   sering disebut Live saving drug
-   Kadang terjadi Masking effect : dari luar penyakit kelihatan sembuh tetapi infeksi di dalam masi tetap menjalar.

l.        Jaringan limfoid dan sistem imunologi
-   Mengurangi jumlah sel limfoid pada leukemia limfoblastik akut
-   Dapat menaatasi gejala klinik reaksi hipersensitivitas dengan mekanisme belum jelas (tidak pengaruhi reaksi antigen-antibodi)
-   Kortiko menghambat reaksi inflamasi (mis pada penolakan jaringan) dengan menghambat migrasi leukosit ke daerah inflamasi

m.    Pertumbuhan
a.       pemakaian jangka lama pada anak akan menghambat pertumbuhan karena efek antagonisnya terhadap kerja hormon pertumbuhan di perifer, terkait dengan besarnya dosis yang dipakai.
b.      Menghambat sintesis dan menambah degradasi protein dan RNA di otot dan tulang
c.       Menghambat maturasi dan proses pertumbuhan memanjang pada tulanng
d.      Hambatan pertumbuhan pada pemakaian kortiko disebabkan :
-   Hambatan somatomedin oleh hormon pertumbuhan
-   Hambatan sekresi hormon pertumbuhan
-   Berkurangnya proliferasi sel di kartilago epifisis
-   Hambatan aktivitas osteoblas di tulang

Farmakokinetik
-   Absorpsi cukup baik (p.o), desoksikortikosteron tidak efektif (p.o)
-   Glukokortikoid dapat diabsorpsi via kulit (efek sistemik bila areanya luas), saccus konjungtiva,dan ruang sinovial
-   Biotransformasi di dalam dan di luar hati

Sediaan
Diberikan p.o, parenteral (i.v, i.m, intrasinovial, intralesi),dan topikal pada kulit dan mata (dalam bentuk salep,krem, losio)atau aerosol melalui jalan nafas

Indikasi
- Lebih banyak bersifat empiris
- Terapi substitusi
Perbaiki kekurangan akibat insuffisiensi sekresi korteks adrenal akibat gangguan fungsi atau struktur adrenal (insufisiensi primer) atau hipofisis (insufisiensi sekunder)
a.      Insufisiensi adrenal akut
-   Kelainan adrenal
-   Penghentian kortiko dosis besar secara tiba-tiba
-   Gejala : gangguan sal cerna, dehidrasi, rasa lemah, hipotensi
b.      Insufisiensi adrenal kronik
Akibat operasi atau lesi korteks adrenal
c.       Arthritis
-   Diberikan pada reumatoid arthritis progresif, pembengkakan dan nyeri sendi hebat
-   Obat yang diberikan : prednison, metilprednisolon oral, triamsinolon asetasonid intra artikular 5-20 mg
d.      Reumatik jantung
Pada kondisi akut bila pengobatan salisilat tidak berespon
e.       Sindroma nefrotik, SLE
Prednison 60 mg/hari selama 3 minggu
f.       Asma bronkhial
-   Diberikan bila terapi lain tidak berhasil
-   Prednison 5-10 mg/hari
g.      Penyakit alergi
-   Obat tambahan disamping obat primer
-   Misalnya pada Urtikuria, hay-fever, dermatitis kontak, reaksi obat, anafilaktik
-   Gawat : kortikosteroid i.v misalnya deksametason
h.      Penyakit mata : inflamasi mata
Tidak boleh digunakan pada konjungtivitas karena bakteri,virus akan menimbulkan masking effect,mis pada herpes simpleks mata dapat menimbulkan kekeruhan kornea yang menetap
i.        Penyakit kulit
Pada penyakit akut dan berat diberikan secara sistemik
j.        Tumor
-   Leukemia akut, LNH à anti limfositik
-   Ca mamae, Ca prostat dll
k.      Oedema serebral
Mekanisme belum jelas à mengurangi akumulasi Na di jaringan (hanya dugaan)
Efek samping obat
Timbul karena :
-   penghentian tiba-tiba menimbulkan insufesiensi adrenal akut dengan gejala demam, mialgia, atralgia dan malaise
-   pemberian dosis besar terus menerus
Komplikasi pemakaian lama : gangguan cairan dan elektrolit, hiperglikemia, glukosuria, rentan infeksi (TBC), ulkus peptikum, osteoforosis, psikosis, Cushing (moon face, buffalo hump, obesitas sentral dll), miopati

Perhatian
Penyakit DM, ulkus peptikum, infeksi berat, HT, gangguan kardiovaskuler



HORMON ADENOHIPOFISIS

1.      HORMON PERTUMBUHAN
Pengaturan : (peran dwifungsi )
- Secara fisiologis diatur oleh hipotalamus yang menghasilkan faktor penglepas hormon pertumbuhan (GHRH= growth hormoone releasing faktor) yang merangsang sekresi hormon pertumbuhan. Selain itu juga ada somastostatin (GH-RIH= growth homone releasing inhibitory hormone) yang menghambat sekresi beberapa hormone antara lain hormone pertumbuhan
- Sekresi hormon pertumbuhan yang berlebihan dapat ditekan dengan pemberian angonis dopamin.angonis dopamin derivat ergot (bromokriptin), angonis serotonin(5-HT), angonis adrenergik (fentolamin).

Indikasi
-   Untuk mengatasi kekerdilan akibat hipopituarisme.
-   Efektifitas hormon ini pada defesiensi partial dan anak pendek yang normal hanya tampak diawal terapi.
-   Untuk indikasi ini sulit ditentukan siapa yang perlu diobati, kapan di mulai dan kapan pengobatan berakhir. Juga perlu disertai penanganan fisiologis, yang akan sangat penting jika terapi gagal.
-   hormon pertumbuhan diberikan 3x seminggu selama masa pertumbuhan pada saat pubertas perlu ditambahkan pemberian hormon kelamin agar terjadi pematangan organ kelaminyang sejalan dengan pertumbuhan tubuh.

Sediaan
-   Hasil rekayasa genetic(somatrem).
-   Diindikasikan untuk defisiensi pertumbuhan pada anak.
-   Dosisnya disesuaikan kebutuhan perorangan, max 0,1 mg/kg 3x seminggu
-   Dosis total seminggu juga dapat dibagi dalam 6-7x pemberian

Efek samping:
-    Hiperglikemia dan ketosis bisa terjadi pada pasien dengan riwayat DM.
-    Ekstrak hipofisis manusia hasil autopsi (somatropin). kegunaanya sama dengan somatrem

Efek Samping Dan Interaksi Obat:
-   Pembentukan antibodi tapi tidak menghambat efek perangsangan pertumbuhan.
-   Glukokortikoid diduga menghambat perangsangan pertumbuhan oleh hormone ini.

Cara Pemberian: IM dan SC.
Dosis max 0,06 mg/hg dibagi 3x seminggu atau 6-7x

1.PROLAKTIN
Fungsi :
-       Laktasi
-       Pengaturan sekresi prolaktin berada dibawah pengaruh hipotalamus, uniknya factor penghambat lebih berperan daripada factor perangsang. Diduga karena diperantarai oleh zat dopaminergik.
-       Prolaktin diduga merupakan salah satu factor yang berperan dalam terjadinya tumor mamae.
-       Pengendalian kadar prolaktin dapat dihentikan dengan pemberian i-dopa atau bromokriptin. Bila pengobatan dihentikan maka tumor akan tumbuh kembali.
-       Menghentikan laktasi post partum, pemberian bromokriptin selam 14 hari.

4. GONADOTROPIN
Pengaturan :
-       Sekresi gonadotropin hipofisis diatur oleh hipotalamus melalui hormon
penglepas dan oleh hormon seks steroid melalui mekanisme umpan balik

Indikasi:
-       Infertilitas: Berguna untuk menginduksi ovulasi pada wanita yang kekurangan gonadotropin.
-       Mengembalikan kesuburan pada pria yang mandul akibat hipopituarisme.
-       Komplikasi utama adalah pembesaran ovarium karena pematangan ovum ganda dengan akibat kehamilan ganda
-       Kriptokisme diberikan dosis 500-4000 IU gonadotropin, 2-3x seminggu dan pengobatan dihentikan apabila efek terapi tercapai.

Sediaan :
- Menotropin, suntikan gonadotropin korion, gonadotropin serum kuda dan urofolitropin.



HORMON TIROID DAN ANTITIROID
1.      HORMON TIROID

Hormon tiroid secara tidak langsung masuk kedalam nukleus tanpa berikatan dengan reseptor dalam sitoplasma. Tiroksin berperan penting dalam pembentukan kalori, metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan kolesterol, dan pada proses pertumbuhan badan, juga berhubungan erat v dengan fungsi katekolamin dalam badan.

Pengaturan Fungsi Tiroid:
Beberapa  zat yang berpengaruh dalam sekresi hormon tiroid, antara lain:
  1. Epinefrin dan Vasopresin,
mempengaruhi vaskularisasi suatu organ dalam badan
  1. TSH (terpenting)
Merangsang semua tingkat reaksi biosintesis hormon tiroid

Indikasi
Sebagai terapi pengganti pada miksudema, struma, atau goiter simpel dan kretinisme

Sediaan
Bubuk tiroid
tablet ekstrak tiroid (6,5 mg, 16 mg, 32 mg, 195 mg, 325 mg), tiroglobulin(tab 16mg, 32mg, 65mg,100mg, 195mg,132 mg)
tiroksin(tab 0,2 mg, 0,4 mg, 0,8 g, 2 mg)
natrium levotiroksin(tab 0.025 mg,0,05 mg,0,1 mg, 0,15 mg, 0,2 mg.0,3 mg
dan injeksi 10ml)
natrium liotironin(tab 5ug dan 50 ug)


2. HORMON  ANTITIROID
Mekanisme Kerja:
Menghambat sintesis hormon tiroid, menghambat proses penggabungan dari gugus yodotiroksil untuk membentuk yodotironin.

Farmakokinetik
Tiorasil dan tiourea didistribudi keseluruh jaringan badan dan dieksresi melalui urin dan air susu ibu, tetapi tidak melalui tinja.

Efek Samping:
Demam obat (paling sering)
Nyeri dan kaku sendi, terutama pada tangan dan pergelangan.


Indikasi
Untuk pengobatan hipertiroidisme, baik untuk mengatasi gejala klinik sambil menunggu remisi spontan maupun sebagai persiapan operasi.

Posologi
Propiltiourasin (tab. 50 mg, dosis 100 mg- 8 jam), metimazol (tab 5 &10 mg, dosis 5-10 mg seiap 8 jam), karbimazol (tab 5 &10 mg, dosis 5-10 mg seiap 8 jam), metiltiorasil (tab 25 & 50 m, dosis 200 mgterbagi 2/4 dosis)


HORMON PARATIROID DAN KALSITONIN
1. HORMON PARATIROID (HPT)
Berasal dari kelenjar paratiroid yang berfungsi untuk mempertahankan kadar ion Ca dala caian ekstrasel agar tetap stabil. Berbagai mekanisme yang dipengaruhinya antara lain: absorpsi Ca++ via sal cerna, penyimpanan dalam tulang dan mobilisasinya, serta eksresi ion ini melalui urin, feses, keringat dan air susu.

Farmakologi
HPT hanya dapat diberikan secara suntikan, karena pada penberian oral akan dirusak oleh enzim proteolitik  sal cerna. T½ 20 mnt. Degradasi terjadi di hati dan ginjal. Dalam darah sebagian HPT terikat oleh fraksi α globulin protein plasma. Eksresinya via urin kurang dari 1%.

Indikasi
Meninggikan kadar ion Ca plasma, diagnosis pseudohipoparatiroidisme (injeksi)

Sediaan
Didapatkan dari kel paratiroid sapi, 1 unit hormon ini potensinya kira-kira = 1/1000 dari jumlah yang dibutuhkan untuk meningkatkan kadar ion Ca plasma sebesar 1 mg % dalam waktu 16-18 jam.
2. KALSITONIN
Merupakan hormon polipeptida yang berefek hipokalsemik dan hipopostasemik

Farmakokinetik
Pemberian p.o akan cepat dirusak oleh cairan lambung maka dari itu dierikan secara parenteral. T½ 15 mnt dari salmon dan manusia 4 mnt.

Sediaan, Dosis, dan Indikasi
Potensi ikan salmon pada manusia lebih  besar karena bersihan sirkulasi lebih lambat, preparat ikan salmon dalam bentuk injeksi SK / IM, 100 atau 200 IU/ml.
Untuk hiperkalsemia 4 IU/kg BB setiap 12 jam.
Pada penderita paget dewasa dosis 50-100 IU/hari atau 3xseminggu
Untuk osteoporosis post-menopause 50 IU 3x seminggu

Efek Samping
Ruam kulit, mual,muntah diare, flushing didaerah muka dan malase. Umumnya keluhan sal cerna dan kulit ini berkurang walaupun terapi diteruskan.
Indikasi:
1.   Pada keadaan hiperkalsemia
2.   Penyakit kanker paget
3.   Dekalsifikasi

ESTEROGEN, ANTIESTEROGEN, PROGESTRIN DAN KONTRASEPSI HORMONAL

1.     ESTEROGEN
Biosintesis Dan Kimia
Esterogen disintesis dari kolesterol terutama diovarium, dan dikelenjar lain misalnya korteks adrenal, testis dan plasenta.
Esterogen dibentuk dari androstenedion maupun testoteron yang mempunyai 4 cincin siklik dengan 19 atom C.
Estrogen endogen pada manusia terdiri dari estradiol, estriol dan estron, sekresi estradiol paling banyak dan potensi estrogeniknya juga paling kuat. Oksidasi ekstradiol menjadi estron dan hidrasi estron menjadi estriol terutama terjadi dihepar, ketiga jenis estrogen tersebut dieksresikan melalui urin dalam bentuk konyugasi dengan asam sulfat atau glukoronat.

Faal Dan Farmakologi
Pada wanita, estrogen secara langsung mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan alat kelamin primer  yaitu vagina, serviks, uterus dan tuba fallopi. Timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder juga dipengaruhi estrogen, hal ini jelas terlihat pada anak yang mengalami pubertas.
Pengaruh estrogen yang spesifik adalah perubahan siklik pada wanita dewasa, sesuai kadar hormone ovarium dan gonadotropin, yaitu siklus haid.
a. Androgen dari ovarium. selain memproduksi dan mensekresi estrogen dan progesterone juga memproduksi androgen atau testoteron. Hal ini terlihat pada wahita pada masa pubertas timbul akne yang disebabkan berdasarkan terganggunya sekresi kelenjar sebaseae, yaitu kelenjar yan fungsi dan pertumbuhannya sangat dipengaruhi oleh androgen.
b. Perdarahan haid. Estrogen yang dibutuhkan untuk menimbulkan atau menghentikan perdarahan haid pada setiap wanita tidak sama, hal ini terlihat misalnya pada kelaina siklus haid yang sering terjadi pada penggunaan kontrasepsi hormonal.
c. Metabolisme dalam tubuh. Esterogen memperlihatkan efek anabolic meskipun tidak sekuat androgen, karena itu dapat menyebabkan retensi elektrolit, air, nitrogen dan elemen pembentuk protoplasma lain. Pengaruh estrogen pada metabolisme karbohidrat umumnya pada penggunaan dosis besar, atau pada mereka dengan predisposisi untuk terjadinya gangguan metabolisme ini, misalnya pada pasien diabetes laten atau diabetes dalam keluarga.
d. Karsinogenitas. Berdasarkan hasil percobaan pada mamalia, pemberian estrogen terus menerus dapat menyebabkan tumbuhnyan beberapa jenis tumor.

Farmakokinetik.
Hampir semua sediaan estrogen mudah diabsorbsi melalui saluran cerna, mukosa atau kulit utuh. Kecepatan eksresi melalui urine setelah estrogen oral dan IV hampir sama: hal ini menunjukkan bahmwa absorbsinya per oral cepat dan lengkap. Dan Estrogen hamper tidak larut dalam air.
Dalam darah sebagian besar hormone terikat kuat engan globulin pengikat hormone kelamin sebagian lagi berikatan tidak kuat dengan albumin dan sebagian kecil terdapat pada keadaan bebas. Inaktivasi terutama terjadi dihepar dan dari tempat ini akan dieksresikan ke empedu kemudian mengalami sekresi enterohepatik.

Indikasi:
Kontrasepsi, menopause, vaginitis senilis atau atropikans, osteoporosis, karsinoma prostat, klorotianesin

Efek Samping:
Mual, muntah yang mirip dengan keluhan pada kehamilan muda. Kadang-kadang disertai anoreksia dan pusing, rasa penuh nyeri pada payudara, sedangkan udem yang disebabkan oleh retensi air dan natrium lebih sering pada penggunaan dosis besar.

Sediaan dan dosis:
Tablet estradiol mengandung partikel halus berisi 1 dan 2 mg. dosis untuk menopause 1-2 mg/hari.
Dietilstilbestrol tablet tersedia dengan takaran 0,1:0,25:0,5:1 dan 5 mg. pada hipogonadisme dan terapi pangganti dosisnya 0,2 sampai 0,5 mg yang diberikan secara siklik. Untuk karsinoma prostat 1-3 mg/hari.
Etinilestradiol tablet 0,002-0,5 mg, banyak digunakan sebagai kontrasepsi kombinasi
Klorotrianesin kapsul 12 dan 25 mg

2.     Antiestrogen
Antiestrogen ialah senyawa yang dapat menghambat atua memodifikasi kerja estrogen, antara lain dapat bekerja antagonis kompetitif pada reseptor estrogen, atau menghambat sintesis estrogen atau senyawa yang secara fisiologi kerjanya berlawanan dengan estrogen. Yang paling banyak digunakan diklinik adalah antiesterogen yang bekerja antagonis kompetitif yakni klomifen dan tamoksifen.
3.     Progestin
Progeteron diproduksi dan disekresi diovarium terutama dikorpus luteum pada fase luteal, dan di korteks adrenal, testis dan plasenta
Faal dan farmakologi
Traktus genetalis. Progesterone menyebabkan fase luteal (fase sekretorik) endometrium
Kehamilan. Kadar progesterone sangat meningkat pada masa kehamilan. Dan sangat berperan dalam mempertahankan kehamilan, juga berperan dalam proses nidasi.
Kelenjar payudara. Selama masa kehamilan dan juga pada fase luteal, progesterone dan estrogen merangsang poloferasi asini payudara.
Efek termogenik. Kenaiak suhu pada saat ovulasi disebabkan karena progesterone.

Farmakokinetik
progesterone dalam larutan minyak yang diberika secara parenteral akan segera di absorbs dengan cepat, sehingga efek terapeutik optimalnya sukar didapat. Progesterone yang diberikan secara oral juga sama dan mengalami sirkulasi enterohepatik. Inaktivasi terjadi dihepar yang menghasilkan pregnanediol yang setelah dikonyugasi dengan asam glukoronat dieksresi melalui urin.

Indikasi:
Kontrasepsi, disfungsi perdarahan rahim, nyeri haid, endometriosis, ancaman abortus dan abortus habitualis, karsinoma.

Sediaan:
Derivate progestin memperlihatkan aktivitas yang berbeda-beda. Sebagian menunjukkan efek estrogenic, androgenic dan anabolic.
4.     Kontrasepsi hormonal
Kontrasepsi ialah pencegahan konsepsi atau pencegahan kehamilan. Berbagai cara dapat dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut antara lain: pengunaan obat per oral, suntikan, atau intra vaginal, operasi, atau dengan obat topical intravaginal yang bersifat spermisid.
Efeknya pada alat kelamin terutama pada waktu yang lama akan menyebabkan perubahan pada organ kelamin (uterus, ovarium, tuba, serviks, kelenjar payudara, siklus haid)

Efek samping
Reaksi ringan : mual, muntah, mastalgia, perdarahan antar haid sait kepala ringan, perubahan berat badan dan udem.
Aminore, hiperpigmetasi kulit, eksaserbasi akne, gangguan metabolism karbohidrat, gangguan metabolism lemak dan lipoprotein, dan gangguan siste kardiovaskuler.
Kontraindikasi
Tidak boleh diberikan pada pasien yang sedang atau yang pernah mengalami tromboemboli, tromboflebitis, apopleksi, serebri, hipertensi berat, gangguan fungsi hati, dll



Androgen
Sediaan :

No
Nama
sediaan                     
kimia
Cara
pemberian
Pemakaian klinis
dosis
1.
2.

3.


4.
 

5.





6.




7.
Testoteron
Testoteron propionat
Testoteron sipionat
atau
Testoteron enantat

Metil
Testoteron




Fluok
simesteron



danazol


Ester
Ester



Ester


17 alkil




17 alkil



17 alkil



IM
IM
IM



IM


Oral,
bukal




Oral,


Karsinoma payudara
Hipogonadisme prepubertas dan usia dewasa. Karsinoma payudara
Stimulasi pubertas/ pertumbuhan pada kasus spesifik
Hipogonadisme usia dewasa
Anabolik
Karsinoma payudara metastasik

Hipogonadisme usia dewasa.
Anabolik
Karsinoma payudara metastasik
Endometriosis


Mama fibrosistik
Udem angioneuretik

10x-50 mg/3x seminggu
10-25 mg/2-3x seminggu
100-200 mg/tiap 2-4 minggu


200-400 mg/tiap 2-4 minggu
Individualisme


10-50 mg/hari

Individualisme
200 mg/hari


10-20 mg/hari

Individuaklisme
10-30 mg/hari

Tergantung berat penyakit respons individual 200-800 mg/hari selama 3-9 bulan
100-400 mg/hari.
Awal: 400-600 mg/hari lalu turun serendah mungkin yang masih efektif





DAFTAR PUSTAKA

              
Blacker C Mr Ovulation Stimulation and Induction Endocrinol. Metab Clin North Am 1992:21:57
Baxter JD: Minimizing the effect of glucocorticoiod intern med 1990: 35: 173
Bardin W, Swerdloff RS, santen Rj: Androgen: Risks and benefits. J Clin Endrocinol Metab 1991: 73-4


VITAMIN dan MINERAL

      Vitamin Adalah Zat organik yg diperlukan tubuh dalam jumlah kecil untuk berbagai reaksi metabolisme dan mempertahankan kesehatan
Sumber vitamin terbaik : makanan berkualitas
Penggunaan Vitamin dan mineral berlebih dapat menimbulkan gejala keracunan, sebaliknya bila kekurangan dapat menimbulkan gejala defesiensi
Angka kecukupan gizi (AKG) rata-rata yang dianjurkan adalah suatu kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari bagi hampir semua orang berbeda menurut jenis kelamin,golongan umur,ukuran tubuh dan aktivitas untuk mencapai derajat kesehatan optimal.
Asupan (intake) Vitamin
a.        Berlebihan, disebabkan karena:
1. Penggunaan dalam jumlah besar : pencegahan, terapi penyakit yang tidak jelas, berhubungan denga defesiensi
2. Penggunaan rutin dalam jumlah yang jauh melebihi AKG yang beranggapan vitamin dapat tambah energi dan orang lebih sehat
3. Dijual bebas tanpa resep dokter dalam bentuk multivitamin
b.       Kurang dapat terjadi sebagai akibat:
1. Intake makanan tidak mencukupi
Karena Anoreksia, diet rendah kalori,diet khusus (px DM), nilai gis\zi yang rendah karena keadaan ekonomi rendah dan kurangnya pengetahuan mengenai gizi makanan
2. Gangguan absorpsi vitamin
Misalnya pada Penyakit hati dan saluran empedu, diare kronik, ganguan system pencernaan dan penggunaan Antibiotik jangka lama
3.      meningkatkan Kebutuhan tubuh meningkat
terjadi selam masa pertumbuhan, hamil, laktasi, kerja fisik dan pikiran yang berat, stres, hipertiroid, demam


Vitamin Terbagi menjadi 2 golongan :
1.        Vitamin larut lemak
Golongan Vitamin A, D, E, dan K
Tersimpan dalam tubuh dalam jumlah banyak dan toksiknya lebih besar daripada vitamin larut air
2.        Vitamin larut air
Golongan Vitamin B komplek dan vitamin C
Tersimpan dalam tubuh jumlah yang terbatas dan sisanya dibuang maka dari itu vitamin ini lebih sering dikonsumsi

Macam-Macam Vitamin Larut Air
  1. Vitamin B compleks
Vit B1 (thiamine), Vit B2 (riboflavin), as nikotinat (niasin), vit B6 (piridoksin), asam pantotenat, biotin kolin, asam folat,  vit B 12 (sianokobalamin)
1.      Vit B1 (thiamine)
a.      Farmakodinamik
-   Dosis kecil (efisiensi terapi) : efek farmakodinamik tidak nyata
-   Pemberian i.v : vasodilatasi ringan, TD turun sementara
-   Metab kbh
b.      Defisiensi
-   Peyakit beri-beri gejalanya tampak pada SSP & kardiovaskuler
-   Gejala gangguan saraf: neuritis perifer (rasa berat dan lemas pada tungkai, hiperestesia, anaestesi, rasa nyeri dan terbakar)
-   Pada SSP : depresi, kelelahan, turun daya ingat
-   Pada sistem kardiovaskuler : insufesiensi jantung (sesak napas, palpitasi, kardiomegali dll)
-   Pada saluran cerna : konstipasi, nafsu makan turun, perasaan tertekan dan nyeri didaerah epigastrium
-   Kebutuhan : 1,0 mg/hari (adult), 1,2 mg/hari (hamil)

c.       Farmakokinetik
-   Absorpsi cepat dan sempurna (pemberian parenteral)
-   Absorpsi p.o dalam usus halus dan duodenummaksimal 8-15 mg/hari p.o sebanyak 40 mg
-   Dalam 1 hari sebanyak 1 mg tiamin mengalami degradasi di jaringa tubuh jika melebihi maka akan dikeluarkan melalui urin
d.      Sedian dan Indikasi
-   Sediaan : tab 5-500 mg, larutan steril 100-200 mg
-   Dosis parenteral dan eksilir mengandung 2-25 mg tiamin tiap ml
-   Diindikasikan pada pencegahan dan pengobatan Defisiensi  thiamine da 5-10 mg/hari. Dosis lebih besar parenteral dianjurka untuk dosis berat akan tetapi respon tidak meningkat dengan dosis lebih dari 30 mg/hari.
-   Tindakan pencegahan dilakukan pada penderita gangguan absorpsi pada diare kronik,hipertiroid
-   Terapi : neuritis alkoholik, hamil, emesis gravidarum, neuritis yang menyertai anemia, penyakit infeksi dan pemakaian obat tertentu.
e.       Efek samping
Jika diberikan p.o tidak akan menimbulkan efek toksik dan jika kelebihan akan diekresi melalui urinmedkipun jarang menimbulkan efek anafilaktoid dapat terjadi setelah pemberian i.v dosis besar pada penderita yang sensitif dan beberapa diantaranya bersifat fatal

2.      Vit B2 (Riboflavin)
a.      Farmakodinamik
-   Tdk jelas (baik pada pemberian p.o, parenteral)
-   Defisiensi : Gejala faringitis, stomatitis, dermatitis seboroik di muka,anggota gerak & sel bdn, pd mata tjd lakrimasi, fotofobia, gatal, panaseh
-   Kebut sehari : dws : 1,4 mg / hari, 1,7 mg/hari (hamil, dws muda)
b.      Farmakokinetik
-   Absorpsi baik (p.o,parenteral), distribusi merata ke seluruh jaringan
-   Ekskresi : urin dalam bentuk utuh
c.       Indikasi
-   Pencegahan dan terapi defesiensi Vit B2 yg menyertai pelagra atau defesiensi Vit B komplek lainnya
-   Dosis : 5-10 mg/hari

3.      Asam nikotinat
a.      Farmakodinamik
-   Dalam Bentuk amida : niasinamid (antipelagra )
-   Dalam badan diubah menjadi bentuk aktif NAD ( nikotinamid adenin dinukleotid ) sebagai koenzim untuk protein jaringan
-   Vasodilator yang bekerja pada muka dan leher
-   Dosis besar : penurun kadar kolesterol, asam lemak bebas dalam darah, gangg fgs hati
b.      Defisiensi
-   Pellagra (kelainan pada kulit, saluran cerna dan SSP)
-   Pada kulit alami erupsi eritematosus, bengkak dan merah dll
-   Pada SSP berupa sakit kepala, insomnia, halusinasi dan demensia
c.       Kebutuhan : Dewasa : 13 mg/hari
d.      Farmakokinetik
-   Mudah diabsorpsi oleh saluran cerna dan distribusi luas ke seluruh tubuh
-   Ekskresi : urin
e.       Sediaan
-   Tablet niasin mengandung 25-750 mg. sediaan injeksi mengandung 50/100 mgniasin/ml.
-   Tablet niasimid 50-1000 mg dan lar untuk injeksi 100 mg/ml
-   Pellagra akut : dosis oral  50 mg 10 x sehari, atau niasin 25 mg 2-3 x parenteral

4.      Vitamin B6 (piridoksin)
a.      Sumber : ragi, biji-bijian, hati
b.      Farmakodinamik
o   Pemberian p.o,parenteral à efek farmakodinamik tdk nyata
o   Dosis 3-4 g/kgBB à kejang dan kematian (hewan percobaan)
o   Koenzim dalam metabolisme asam amino
o   Defisiensi akan menyebabkan:
-   dermatitis seboroik dan radang selaput lendir mulut dan lidah
-   kelainan SSP (stimulasi ada kejang)
-   gangguan sistem eripoetik (anemia hipokrom mikrositer)
c.       Kebutuhan : 1,5 mg/100 mg protein
d.      Farmakokinetik
-   Mudah diabsorpsi via sal cerna
-   Metabolit : 4-asam piridoksat
-   Ekskresi : urin dalam  bentuk 4-as piridoksat dan piridoksal

e.       Sediaan : Tab piridoksin HCl 10-100 mg, injeksi 100 mg/ml
f.       Efek samping
-       neuropati sensiorik dalam dosis antara 50 mg – 2 g/ hari untuk jangka panjang.
-        Gejala awal dapat berupa sikap yang tidak stabil dan rasa kebas pada kaki, diikuti pada tangan dan sekitar mulut, bida hilang apabila asupan dihentikan
g.      Indikasi
-   Defisiensi vit B6, kombinasi untnk mencegah defeisnsi vit b complek
-   Cegah neuritis perifer akibat INH or hidralazine
-   Digunakan bersama kontrasepsi oral yg mengandung estrogen untuk cegah defesisnsi vit B6

5.      Asam pantotenat
a.       Zat esensial untuk pertumban ragi
b.      Farmakodinamika
-   Defisiensi : kelelahan, rasa lemah, gangguan otot (kejang ekstre-mitas dan parestesia)
-   Kebutuhan : 5-10 mg / hari
c.       Farmakokinetik
-   Absorpsi baik dan distribusi luas ( pemberian p.o)
-   Dimetabolisme dalam tubuh dan ekskresi bentuk utuh (70% urin, 30% fae-ses)
d.      Sediaan : tab Ca pantotenat 10/30 mg

B.           Vit C (as askorbat)
Didapat dari buah (jeruk, tomat dll). Merupakan suatu koenzim dab\n pada keadaan tertentu merupakan reduktor dab\n antioksidan.


a.      Farmakodinamik
-   Penting dalam pembentukan substansi antar sel dan jaringan kolagen, pematangan eritrosit, pembentukan tuanlg dan dentin
-   Pada keadaan defisiensi akan menghilangkan gejala penyakit dengan cepat
b.      Defisiensi vit C
-   Scorbut
-   Gejala awal : malaise, artralgia, perdarahan hidung, petekie
-   Gangguan terlihat pada jaringan mesodermal seperit kolagen, tulang yang sedang tumbuh, osteoforosis pada orang dewasa, pembengkakan pada ujung tulang panj, perdarahan gusi, fragilitas pembuluh darah meningkat sehingga perdarahan kulit, otot, gusi, dan tulang
c.       Farmakokinetik
Mudah diabsorpsi via saluran cerna, distribusi luas keseluruh tubuh, ekskresi via urine dalam bentuk utuh dan garam sulfat
d.      Kebutuhan
-   60 mg/hari  (anak, dewasa)
-   Meningkat pada penyakit infeksi, TBC, ulcus peptikum, neoplasma, paska bedah / trauma, hipertiroid, hamil, laktasi
-   Percepat penyembuhan luka bakar / trauma dosis 3-5 x dosis lazim
-   Dosis besar untuk  cegah flu (1-15 g/hari) , Ca saluran cerna (3-10 g/hari) tidak didukung data objektif
e.       ESO (Efek Samping Obat)
-   Dosis > 1 g/hari menyebabkan diare karena iritasi langsung pada mukosa usus yang menyebabkan peningkatan peristaltik      dan menyebabkan terbentuknya batu ginjal karena vit C dimetabolisme dan diekskresi sebagian sebagai oksalat
-   meningkatkan absorpsi besi sehingga dosis besar berbahaya pada penderita hemokromatosis, talasemia, dan anemia sideroblastik
f.       Indikasi dan sediaan
-   Tab 25-1000 mg, injeksi 20-500 mg/ml (baik)
-   Pencegahan dan pengobatan skorbut dosis 3 x 100 mg/hari 1 mgg

VITAMIN LARUT LEMAK
-   Vitamin larut lemak (A,D,E, dan K)
-   Diabsorpsi dengan cara kompleks dan sejalan dengan absorpsi lemak
-   Pengaruhi permeabilitas atau transport pada berbagai membran sel & bekerja sebagai oksidator atau reduktor, koenzim / inhibitor enzim
-   Tersimpan terutama di hati dan ekskresi via faeses

1.      Vitamin A
a.       Terutama pada mentega , telur, hati, daging, retinol (vit A1), 3-dehidro-retinol (vit A2)
b.      Berasal dari karoten (pigmen tumbuhan), disebut juga provitamin A banyak terdapat pada sayuran hijau,kuning, buah (wortel, pepaya, tomat)
c.       Jenis karoten : a,b (teraktif),g
d.      Farmakodinamika
-   Untuk regenerasi pigmen retina mata dalam proses adaptasi gelap
-   Untuk pertumbuhan tulanng, alat reproduksi dan perkembangan embrio.
e.       Defisiensi vit A
-   Terjadi karena kesanggupan tubuh menyimpan vit A terganggu (mis.pada sirosis hati), defisiensi protein untuk transport , absorpsi di usus terganggu atau asupan vit A kurang
-   Defisiensi terjadi pada penyakit kronik dengan gangguan absorpsi lemak seperti obstruksi sauranl empedu, sariawan, fibrosis kistik
-   Gejala dini : buta senja; dan yang lebih berat : xeroptalmia
-   Meniningkatkan kepekaan jaringan epitel terhadap karsinogenis
-   Perubahan epitel akan menyebabkan ISPA meningkat, terbentuknya batu saluran kemih, kulit kering, diare (perubahan epitel usus & duktus pankreatikus)
f.       Hipervitaminosis A
-   Pada anak : 10.000 IU / hari
-   Gejala (anak) : pseudotumor serebri, tinitus, tekanan intrakranial meningkatkan, nyeri tulang, letargi, dermatitis eksfoliativa dll
-   Dewasa : muntah, perubahan kulit, hipermenore, dan kelemahan, Kekeringan kulit & membran mukosa, alopesia, splenomegali, dll.
-   Teratogenesitas (+)
g.      Kebutuhan
-   Wanita : 4000 IU/hari, pria : 5000 unit/hari
-   Defisiensi berat : i.m pada dewasa dan anak > 8 thn : 50.000-100.000 IU/hari selama 3 hari diikuti 50.000 IU/hari selama 2 minggu


h.      Farmakokinetika
-   Diabsorpsi sempurna via sal cerna dan kadarnyab dalam plasma mencapai puncak setelah 4 jam
-   Gangguan absorpsi lemak akan menyebabkan  gangguan absorpsi vitamin A
-   Absorpsi vit A berkurang pada penyakit hati (hepatitis, sirosis hati, obstruksi biliaris)
-   Vit A disimpan di hati, ginjal, paru,  retina, intraperitonial
-   Sukar melalui sawar uri, jumlah dalam ASI tergantung pada diet siibu
-   Metabolit diekskresi via urin dan faeses
i.        Indikasi
-   Pencegahan & defesiensi vit A
-   Pemberian pada masa kehamilan dan laktasi, penyakit obstruksi biliaris, sirosis hepatis, nefritis kronik
-   Buta senja
-   Infeksi  kulit, luka atau luka bakar ( sediaan topikal); psoriasis
-   Tretinoin, isotretinoin pada penyakit akne, iktiosis (topikal)
j.        Sediaan
Oral ( 500-30.000 IU), injeksi ( 500-30.000 IU/ml), topikal (0,05% tretinoin )

2.      Vitamin D
a.      Farmakodinamik
-   Pengatur homeostatik Ca plasma sehingga memperertahankan kadar Ca & fosfat plasma (mineralisasi tulang dan  fungsi lain yang bergantung pada Ca
-   Vit D meningkatkan absorpsi Ca dan fosfat via usus halus
-   Mobilisasi Ca tulang dari tulang tua ke dalam plasma (resorpsi tulang) untuk selanjutnya mungkin digunakan pada mineralisasi baru
b.      Defisiensi vit D
-   Penurunan kadar Ca plasma à sekresi HPT terangsang à resorpsi tulang
-   Kalsifikasi â à deformitas tulang ( kifosis, skoliosis,dll)
-   Osteomalasiaditandai berkurangnya densitas tulang
c.       Hipervitaminosis
-   Penggunaan Vit D 50.000 unit terus menerus à hiperkalsemia
-   Gejala : kalsifikasi ektopik pada jaringsn lunak (ginjal, pembuluh darah, jantung, paru),anoreksia, mual, hiperkolesterolemia.
-   Hiperkalsemia dapat menyebabkan gangguan fungsi ginjal (poliuri, polidipsi, nokturia)
-   Pada bumil à stenosis aorta kongenital nonfamilial pada fetus baru lahir; menekan paratiroid bayi à hipokalsemia à tetani
-   Dapat daitasi dengan : stop pemberian vit D, diet randah Ca, pemberian glukokortikoid (absorpsi Ca)
-   Kebutuhan sehari : 400 unit/hari
d.      Farmakokinetik
-   Absorpsi cukup baik
-   Gangguan fungsi hati, kandung empedu, sal cerna (steatore) akan i mengganggu absorpsi vit D
-   T½ : 19-25 jam
-   Disimpan dalam bentuk inert didalam tubuh, diaktivasi dengan metabolisme via hidroksilasi di ginjal dan hati à metabolit (25-hidroksikolekalsiferol/25-HCC) dan 1,25-dihidroksikolekalsiferol (lebih efektif)
-   Ekskresi : empedu dan urin (jumlah kecil)
e.       Sediaan : Bergabung dengan vit A, multivitamin, Ca (tablet, sirup)
f.       Indikasi
-   Pencegahan & terapi rakhitis, Osteomalasia, hipoparatiroidisme, tetani infantil, arthritis, osteoforosis
-   Profilaksis : penyakit gangguan absorpsi vit D spt diare, steatore, obst biliaris, kehamilan, laktasi, elderly

3.      Vitamin E
a.       Terdapat pada telur, susu, daging, buah-buahan, kacang-kacangan,-sayuran
b.      Bentuk vit E : a-tokoferol, d - tokoferol,l – tokoferol
c.       Farmakodinamik
Sebagai antioksidan,vit E agaknya mencegah oksidasi sel yang penting atau mencegah terbenhtuknya hasil oksidasi yang toksik (hasil peroksidasi asam lemah tidak jenuh)
d.      Defisiensi vit E
-    Disebabkan karena gangguan absorpsi (steatore, obstruksi biliaris, penyakit pankreas)
-   gangguan reproduksi, nekrosis myokard, payah jantung, dan anemia

e.       Hipervitaminosis vit E
-   kelemahan otot, gangguan reproduksi dan sauranl cerna
-   Kebutuhan sehari : 10-30 mg cukup untuk pertahankan kadar normal dalam darah
f.       Farmakokinetik
-   Absorpsi baik via sal cerna
-   Terikat dengan b-lipoprotein dan distribusi luas ke jaringan
-   Sukar melalui sawar uri
-   Ekskresi : lambat ke dalam empedu, sisanya via urin (metabolit lain)
g.      Sediaan
-   Dalam bentuk d, campuran d dan l tokoferol, a-tokoferol asetat, a-tokoferol suksinat
-   Tablet, kapsul 30-1000 IU; injeksi 100 atau 200 IU/ml, multivitamin
h.      Indikasi
Distrofia otot, abortus habiatualis, sterilitas, penyakit jantung dan pembuluh darah tenyata hasilnya mengecewakan


4.      Vitamin K
a.       Vit K1(fitonadion = utk terapi), K2 (disintesis o/ bakt usus), K3 (sintetis)
b.      Terdapat pada kloroplast sayuran hijau
c.       Farmakodinamik
-   Tingkatkan biosintesis faktor pembekuan darah seperti protrombin, faktor VII (prokonvertin), faktor IX , faktor X yang berlangsung di hati
-   Kebutuhan : sangat sedikit
-   Defisiensi
Menyebabkan Hipoprotrombinemia dan turunnya faktor pembekuan darah sehingga waktu pembekuan darah memanjang perdarahan spontan (ekimosis, epistaksis, hematuri, perdrhn sal cerna dll)
-   ESO
Iritasi pada kulit dan saluran napas, kulit melepuh, anemia hemolitik, hiperbilirubin, ikterus (bayi prematur)
d.      Farmakokinetik
-   Absorpsi mudah setelah pemberian i.m
-   Gangguan absorpsi vit K à hipoprotrombinemia
-   Metaboolisme tidak diketahui; pada empedu dan urin, terkonjugasi dengan asam glukoronat
-   Pemberian Antibiotik akan mengurangi jumlah vit K dalam faeses yang terutama merupakan hasil sintesis bakteri usus
e.       Sediaan :
Tablet vit K1 5 mg, injeksi 10 mg/ml;
tablet menadion 2; 5; 10 mg; injeksi emulsi 2,10,25 mg/ml
tablet menadiol natrium bisulfit 5 mg, larutan 5 & 10 mg/ml(parenteral)
f.       Indikasi
-   Perdarahan akibat defesiensi vit K (gangguan absorpsi, berkurangnya bakteri pensintesis vit K pada usus, pemakaian antikoagulan)
-   Hipoprotrombinemia bayi baru lahir
-   Hipoprotrombinemia pada penyakit hepatoselular misalnya hepatitis dan serosis hati karena sel hati tidak dapat membentuk faktor pembekuan darah
-  

Macam-macam Mineral Yang Dibutuhkan
 Dalam Jumlah Relatif Banyak

1.      KALSIUM
Merupakan mineral yang paling banyak didapatkan oleh tubuh. Untuk absorbsi diperlukan vitami D. Kebutuhan kalsium meningkat pada masa pertumbuhan, selama laktasi, dan wanita pasca menopause.
Dianjurkan untuk pasien alkoholik,sindrom malabsorpsi, pasien-pasien yang mendapat kortikosteroid,isoniazid, tetrasiklin, atau antasid yang mengandung alumunium.

2.      FOSFOR
Terlibat dalam vit B kompleks di dalam tubuh. Terdapat pada semua jaringan tubuh dan di dalam tulang dan gigi(sama dengan kalsium)
Fosfor sangat penting sebagai buffer cairan tubuh,
Pada orang dewasa defesiensi umumnya tidak terjadi kecuali pada alkolisme, pengunaan antasid yang tidak dapat diabsorbsi untuk jangka lama, muntah berkepanjangan, pasien penyakit hati atau hiperparatiroidisme.

3.MAGNESIUM
Banyak mengaktivasi sistem enzim dan merupakan kofaktor yang penting pada fosforilasi oksidatif, pengaturan suhu tubuh, kontraktilitas otot, dan kepekaan saraf.
Kebutuhan akan magnesium trgantung pada jumlah protein, kalsium dan fosfor yang dimakan.
Hipomagnesemia akan meningkatkan kepekaan saraf dan transmisi neuromuskuler, sedangkan pada keadaan defesiensi berat mengakibatkan tetani dan konvulsi. Hipomagnesemia menyebabkan vasodilatasi perifer dan hilangnya refleks tendon, mempunyai efek seperti kurarepada sambungan saraf otot dan menghambat pelepasan katekomelamin dari kel adrenal.

4. KALIUM
Perbedaan kadar kalium(kation utama dalam cairan intrasel) dan natrium (kation utama dalam ekstrasel) mengatur kepekaan sel konduksi impuls saraf dan keseimbangan volume cairan.
Hipokalemia dapat terjadi pada anak-anak yang makanannya tidak mengandung protein. Penyebab nya paling sering adalah terapi diuretik terutama tiazid, diare berkepanjangan terutama pada anak, hiperaldosteronisme, dll
Hiperkalemia paling sering disebabkan gangguan eksresi kalium, gagal ginjal akut, gagal ginjal kronik terminal, suplementasi vit K yang tidak sesuai dengan dosis dan indikasi atau penggunaan antagonis aldosteron

5. NATRIUM
            Penting untuk membantu mempertahankan keseimbangan dan volume cairan tubuh. Kadarnya dalam cairan tubuh diatur oleh mekanisme homeostasik.
Hipernatremia jarang terjadi pada individu yang sehat tetapi setelah diare atau muntah yang lama terutama pada bayi, pada gangguann ginjal, fibrosis kistik atau pada penggunaan diuretik tiazid
Keringat yang berlebihan dapa menyebabkan kehilangan natrium yang banyak dan perlu diganti dalam bentuk air dan NaCl.



6.KLORIDA
Merupakan anion yang paling penting dalam mempertahankan keseimbangan elektrolit. Alkalosis metabolik hipokloromik dapat terjadi setelah muntah yang lama atau penggunaan diuretik berlebihan. Kehilangan klorida berlebihan dapat menyertai kehilangan Na berlebih. Kemungkinan terjadinya hiperkalemia perlu dipetimbangkan bila terpaksa menggunakan KCl sebagai pengganti klorida.

7. SULFUR
      Beberapa asam amino, tiamin dan biotin mengandung sulfur. Fungsinya belum diketahui kebutuhannya perhari selain sebagai komponen tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

                                   
Dorant et al. The use of vitamins, mineral and other dietary supplements and the netherland. Int J Vitam & Nutrs Res 1993 : 63 (1) : 4-10

Vogelaar E. Derelatie tussen mineralen, Sporenelentemen and kanker, arts and Apoth 1998,2,32-7